Tanah Jawa
Hanya mereka yang berani gagal yang
dapat meraih keberhasilan. (Robert F. Kennedy)
“Tikaa....”
Terdengar suara jeritan orang yang memanggil namaku.
“Iya
kak Rin, ada apa?” Tumben-tumbenan kak Rina memanggilku. Biasanya beliau ketika
berjumpa acuh tak acuh.
“Buat
karya tulis yok dek?”
“Apa?
Karya tulis kak?” Ekspresi bingung terlihat. Jujur saja, aku tidak pernah
membuat karya tulis. Menyentuhnya saja tidak pernah, konon untuk membuatnya.
“Tapi,
saya tidak pernah membuatnya kak. Entar kalah loh.” Aku coba agar beliau tidak
jadi untuk mengajakku.
“Bukan
kamu yang buat. Kakak aja dek. Kamu urus administrasi. Cuma 50 ribu kok. Nanti
kalau masuk, kita ke luar Sumatera loh. Oke ya.” Dia pun berlalu begitu saja.
Seketika angan-anganku menjulang tinggi. Luar Sumatera? Berarti itu Tanah Jawa?
Itu termasuk daerah impianku dari dulu.
“50
ribu uang darimana?” Sebagai anak kos, uang sebanyak itu sudah lumayan banyak.
“Yah, mau gimana lagi.” Aku pun segera ke atm terdekat untuk transfer uangnya
dan mengurus administrasi yang lainnya.
Kak Rina,uangnya sudah Tika
transfer ya kak. Klik send.
Ke luar daerah merupakan hal yang
mewah menurutku. Untuk ke luar provinsi sulit apalagi sampai ke laur pulau
Sumatera. Tidak mungkin aku meminta biaya kepada orang tua hanya untuk
memuaskan keinginan pribadi. Mimpi itu sedikit aku kubur jikalau pakai biaya
sendiri. Mimpiku ingin kemana pun tanpa biaya. Gratis!
Aku
tidak sabar menunggu pengumumannya. Dalam benakku sudah mengandai-andai
bagaimana ketika di luar sana. Ingin rasanya pada waktu pembuatan karya tulis
aku ikut serta. Tetapi, setiap aku memintanya, kak Rina selalu melarangnya.
Pengumuman pun tiba. Segera aku
menghubungi kak Rina untuk menanyakan bagaimana hasilnya. Namun tiba-tiba ada
pesan darinya.
Ini semua gara-gara kamu dek.
Nyesal kakak ngajak kamu kemarin. Ada apa dengan kak
Rina? Apa salahku?
Ada apa kak?
Ada apa kamu bilang? Kita kalah di
karya tulis ini. Puas!
Apa?
Salahku? Bukannya aku tidak ada bantu sedikitpun. Batinku. Aku beneran down dibuatnya. Shock!
***
“Tika,
ikut LKTI yok.” Nita, kawan karibku mengajakku.
“Ah,
aku gak mau. Nanti kita kalah kalau engkau mengajakku. Toh, nanti aku tidak
kerja kan. Itu karena aku tidak bisa
membuatnya.” Terdengar nada pesimis. Nita, dia adalah salah satu mahasiswa
berprestasi. Berbicara soal LKTI, dialah jawaranya. Tidak dipungkiri lagi. Karena
LKTI dia sudah ke luar Sumatera, termasuk Tanah Jawa. Ah ... Tanah Jawa.
“Kenapa
pesimis gitu? Tenang saja, akan aku ajarkan kok. Emang kamu mau begini saja.
Enggak kkan? Let it go dong. Oke ya.
Menang kalah belakangan.” Nita mencoba meyakinkanku.
“Baiklah.”
aku coba bangun kembali kepercayaan di bidang ini. Dicoba lagi tak masalah kan.
Jujur, perasaan trauma masih ada.
Aku dengan Nita mengerjakannya
dengan serius. Nita mengajarkan banyak hal tentang pembuatan LKTI. Malah, dia
mempercayakanku sebagai ketua kelompok. Semakin menambah rasa percaya diri.
Sampai tiba saat pengumuman finalis.
Begitu semangat aku membuka webnya. Aku mencari-cari nama kami. Ah ... ternyata
tidak ada. Sedikit kecewa. Tetapi setidaknya kami sudah berusaha.
“Tika,
sini deh. Kita masuk loh. Kamu cari namanya bagaimana sih. Hore ....” Nita
bersorak gembira.
“Masa
sih?” Aku mencari lagi. Dan ternyata ... Tanah Jawa i’m coming!
TAMAT
Komentar
Posting Komentar