Masa Orientasi Siswa

Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra. telah berkata: Aku telah dengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tak sanggup maka dengan lidahnya dan jika tak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
            Hari yang indah bagi si kembar Lili dan Lala. Bagaimana tidak? Ini merupakan hari pertama mereka pada masa SMA. Rasa senang sudah pasti menghampiri. Sebelum mengikuti kegiatan belajar, biasanya  akan diadakan yanng namanya MOS. Semacam masa perkenalan. Begitu juga dengan  si kembar.
“Li, ayo cepat. Entar kita ketinggalan loh,” kata Lala dengan tidak sabar.
“Iya, bentar. Ini lagi pasang atributnya.” Tangan Lili masih sibuk memakai perlengkapan MOS. Seperti memakai tali pinggang dari tali yang sudah terlilit minuman botol, topi kerucut, tas goni, dll.     
            Sesampai di sekolah, mereka sudah terlambat. Gawat. Pasti akan kena hukum, batin mereka. Benar saja. Mereka langsung disuruh untuk membentuk barisan yang terlambat.
“Siapa yang suruh kalian terlambat? Jalan jongkok!” suara salah satu senior membelah angkasa yang terdengar mengerikan.
            Para murid yang terlambat hanya bisa diam melaksanakan perintah yang diberikan. Begitu juga Lili. Namun berbeda dengan Lala.
“Saya tidak mau kak. Hukuman macam apa ini! Seharusnya kalian mendidik kami. Bukan malahan menyiksa!” kata Lala dengan lantangnya.
“Siapa nama kamu? Berani beraninya. Eh ... kamu masih anak baru. Gak usah belagu. Jalan jongkok cepat! Hukuman kamu saya tambah! Kelilingi ini lapangan sebanyak 10 kali! Paham!” kata senior tadi.
“Saya Lala. Dan saya tetap menolaknya. Saya tau saya salah kak. Tapi bukan begini caranya. Coba kakak pikir. Kakak-kakak yang lainnya banyak yang terlambat. Mengapa tidak dihukum juga? Adil dong!” balas Lala dengan lantangnya.
“Sudah La, sudah.” Lili coba menenangkan.
“Diberi tau kok ngeyel! Ayo lakukan saja. Atau hukumanmu mau saya tambah? Ingat ya. Wajah kamu sudah kakak tandai.”
“Sudah. Ayo La. Lakukan saja.” Dengan berat hati, Lala menjalani hukumannya.
            Lala dan Lili, si kembar yang memiliki wajah yang sangat mirip. Nyaris tidak bisa dibedakan. Namun begitu, sifat mereka amat sangat berbeda. Lala, memiliki jiwa pemberontak dengan Lili yang sangat diam dan penurut.
“La, kamu ini bagaimana? Kalau nanti kamu babak belur? Atau sakit? Lala ... Jangan buat susah deh.” Kata Lili disela-sela jam istirahat.
“Iya, maaf. Aku hanya geram Li. MOS itu mendidik, bukan melatih kekerasan. Mau sampai kapan sekolah Indonesia begini terus? Kita biarkan saja? Nrimo? Enggak kan Li. Kita harus bertindak Li. Ingat kan hadist muslim yang mengatakan, barang siapa diantaramu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tak sanggup maka dengan lidahnya dan jika tak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman. Emang kamu mau iman jadi lemah hanya gara-gara makhluk yang tidak apa-apanya itu? Ayo Li, semangat. Kita kembangkan sayap-sayap dakwah kita disini.” Lala berkata dengan sangat semangat. Jiwa-jiwa yang mendengarnya pasti akan terbakar juga.
            Kekerasan bukan hanya menimpa siswa yang salah. Begitu juga dengan siswa yang tidak bersalah. Disuruh jalan jongkok, push up yang hitungannya sangat banyak. Dipermalukan juga. Ini tidak bisa dibiarkan, batin Lala.
            Pada waktu MOS, juga ada materi. Materi yang bertema “Kekerasan” disampaikan oleh pihak kepolisian. Tepat sekali, batin Lala. Para siswa mendengar dengan seksama. Tibalah bagian pertanyaan, Lala mengacungkan tangan.
“Pak, saya Lala. Bagaimana tindakan bapak dalam menyikapi kekerasan paada saat MOS yanng sedang marak terjadi?” Terlihat wajah para senior yang mulai gelisah.
“Jika terjadi, laporkan kepada pihak kepolisian. Akan kami tindak lanjuti.” Sontak saja, para siswa bersorak sorai. Wajah senior semakin ketakutan.
            Keesokan harinya, suasana terlihat berbeda. Tidak ada kekerasan lagi. tidak ada dipermalukan lagi. semua terasa aman dan damai.
“Benar kan Li. Kita harus bertindak. Jangan hanya diam saja. Allah kan selalu bersama kita.” Lili mengangguk tanda setuju. Hari terakhir MOS yang terasa sangat indah.
TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuplikan Buku Hujan Matahari (Karya Kurniawan Gunadi)

Rekomendasi Destinasi Wisata Sejarah di Aceh, Wajib Dikunjungi!

Pertolongan Allah Itu Dekat