Bunga Terakhir dan Si Penggemar Rahasia

Dengan melihatmu dari jauh bukankah itu juga dinamakan cinta?
            Aku adalah seorang penyuka bunga. Perawat bunga tepatnya. Atau penanam bunga? Ah entahlah. Aku jadi bingung. Aku suka bunga. Iya. Kan sudah kubilang aku suka bunga. Aku suka bunga? Kenapa bunga lagi? Ada apa dengan bunga?
            Ada banyak bunga disekitar rumah. Aku rawat bunga-bunga yang ada dengan penuh rasa. Rasa cinta tepatnya. Setiap hari aku siram, baik itu pagi dan sore hari. Bukan hanya itu, ketika bunga-bunga sudah mulai layu. Tidak peduli akan waktu, akan aku siram agar tidak jadi layu.
            Tidakkah kau tanyakan mengapa aku suka bunga? Tidakkah kau ingin tau? Aku suka bunga karena kau juga suka. Aku selalu melihatmu dari jauh begitu riangnya bermain-main di kumpulan bunga. Karena itulah, aku juga suka. Aku juga ingin merasakannya. Bukan berarti aku iri. Hanya ingin melatih diri agar bisa menambah kebahagiaanmu kelak.
            Kau tau bunga yang setiap hari menghampiri rumahmu? Itu dariku. Kau terlihat senang walau juga tampak bingung. Aku suka itu. Kau ambil bunganya, kau baca kartu ucapan yang katanya dari “Penggemar Rahasia”. Aku merasa kau tak terlalu memperdulikan kartu itu. Kau terlalu senang dengan bunga yang kuberikan. Tak masalah. Malah aku sangat senang. Masa bodoh dengan kartu.
            Tetapi, tidakkah kau ingin tau siapa penggemar rahasia itu? Ahh ... Kau terlalu asik sehingga kau melupakan si penggemar. Sekali lagi, tak masalah buatku. Kau senang aku juga demikian. Semakin semangat untuk memberikanmu bunga lagi, lagi dan lagi. Sebentar ... Sepertinya aku mendengar sesuatu. Benarkah itu? Kau berazam kalau kau akan menikahi si pengagum rahasia pemberi bunga itu? Senangnya...
            Seketika semua berubah. Ternyata, ada penggemar rahasia lain. Semua kacau. Kacau. Dia juga memberikan bunga kepadamu dan kau melihatnya! Ahh ... Betapa bodohnya. Aku melihat wajahmu yang sumringah. Kau senang bukan kepalang karena menemukan si “penggemar rahasia”. Kau membawanya masuk dan memperkenalkannya kepada orangtuamu. Tidak beberapa lama terdengar kabar kalau kau akan menikah. Iya, menikah. Dengan penggemar rahasia yang lain. Bukan denganku. Undanganmu juga sudah sampai di rumahku.
            Sudahlah, mungkin memang kita tak pernah dijadikan untuk satu. Seperti bunga dan si perawat bunganya. Akan selalu dijaganya dan tak dibiarkan ia layu. Seperti aku denganmu. Aku akan selalu menjagamu. Rasa cintamu. Memupuknya terus menerus menunggu waktu sampai ia mekar. Aku menunggu sampai waktunya tepat. Melalui bunga aku membelaimu dengan impian bersama si penggemar rahasia.
            Di pernikahanmu, kusempatkan diri untuk datang dengan sebuah bunga. Tetapi hanya sampai didepan rumahmu. Aku titipkan dengan salah satu penjaga kado. Ini bunga terakhir untukmu. Tidak mungkin aku memberikannya lagi. Sudah pasti ada bunga lain yang lebih indah menurutmu. Terima kasih. Aku akan mencari lagi si penerima bunga dari si penggemar rahasia.

TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuplikan Buku Hujan Matahari (Karya Kurniawan Gunadi)

Rekomendasi Destinasi Wisata Sejarah di Aceh, Wajib Dikunjungi!

Pertolongan Allah Itu Dekat