Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Dampak

  Siapa yang menebar angin, maka ia yang akan menuai badai... “Anak-anak . Apa yang sedang kalian lakukan?” Caca dan Cici menjadi salah tingkah. Mereka langsung memegang benda lain yang ada disekitar mereka. “Astaghfirullah. Apa ini? Kenapa kalian membuang sampah yang ibu suruh kumpulkan tadi ke laut sayang? Kan ada tong sampah.” “Maafkan kami bu. Kami tidak tahu. Kami hanya ingin melihat rumah kita bersih. Maaf bu. Lagi pula bu, masyarakat sekitar juga membuang sampah di laut. Lautnya kan sudah kotor bu kita kotorkan saja sekalian.” Kata Cici yang umurnya lebih tua lima menit dari Caca.             Hari ini adalah hari libur. Sudah menjadi hal lumrah bagi si kembar yang saat ini menginjak umur lima tahun pergi berlibur. Seperti hari ini, mereka diajak ke daerah pesisir yang terkenal kumuh di provinsi. Awalnya senang diajak berlibur. Namun, raut wajah seketika berubah melihat kondisi. Bu, kenapa kita liburan disini? Kira-kira seperti itulah kata hati mereka. Orangtua mereka,

Antologi Kertas

Aku Rena. Suka kertas. Tidak tau mengapa bisa suka. Mungkin ini semua gara-gara Rino, sahabatku. Rino suka kertas. Sudah lama. Di kamarnya juga banyak kertas. Kebanyakan yang warna-warni. Biasanya dia membuatnya menjadi bentuk-bentuk yang lucu. Kemudian dihias di kamarnya. Atau bentuk-bentuk yang lucu itu diberikan ke aku. Aku suka. Dan suka Reno juga.             Aku dan Rino sudah berteman sejak kecil. Berawal dari kedua orangtua kami yang sudah bersahabat dari kecil juga, mamaku dan mama Rino. Mereka berdua tidak bisa terpisahkan. Lengket kayak kertas perangko. Alhasil, mereka bersepakat setelah menikah nanti rumahnya bersebelahan. Otomatis, kedua anaknya juga ikut-ikutan “tradisi” turun temurun dari orangtuanya, yaitu “tradisi” persahabatan.             Aku sayang Rino, banget. Dia selalu ada untukku di saat aku sedih. Menghiburku dengan kertas-kertas lucunya. “Ena, kenapa?” Ena, panggilan sayang Rino untukku. “Ino, lihat ini. Kertas bentuk burung yang kamu kasih samaku ro